Wednesday, 16 March 2016

makalah produksi padi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian karena memiliki dampak secara langsung terhadap kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia khususnya adalah padi. Padi merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan bahan makanan pokok di Indonesia tidak pernah menurun, melainkan kian meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Dalam hal mencukupi kebutuhan pokok tersebut (pangan), salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan produktivitas padi. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil produksi padi adalah dengan pengembangan dalam bidang perbenihan. Terlihat bahwa jumlah produksi benih padi di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kebutuhan benih padi potensial dan total produksi benih padi (Ton)
  tahun 2002-2008.
Tahun Kebutuhan Benih Potensial (Ton) Produksi Benih Total (1) (2) (3) 2002 296.397 113.634 2003 295.808 114.540 2004 312.978 119.482 2005 310.246 120.375 2006 317.053 121.412 2007 N 147.524 2008 360.000 181.400 Sumber : Deptan, 2010 Keterangan : N = Data tidak tersedia Berdasarkan Tabel 1, bahwa jumlah produksi benih yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhan benih, oleh sebab itu diharapkan supply benih padi di Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pada masa yang akan datang. Pengembangan perbenihan merupakan bagian penting dalam peningkatan produksi padi, terutama dalam hal kualitas benih yang dihasilkan. Dalam hal tersebut dibutuhkan benih padi yang mampu memberikan produksi hasil yang tinggi. Salah satu teknologi yang diharapkan mampu meningkatkan produksi padi adalah penerapan teknologi padi hibrida yang mampu meningkatkan hasil panen 15-20% atau sekitar 1 ton per hektar dibandingkan dengan padi konvensional (inbrida) (Suwarno, 2002). Proses produksi benih padi hibrida berbeda dengan benih padi konvensional (inbrida) baik dalam hal penyedian benih tetua, pola tanam, pemeliharaan, dan panen, oleh sebab itu pengetahuan mengenai proses produksi benih padi hibrida harus dikuasai dengan benar agar didapatkan benih padi hibrida yang berkualitas tinggi. Perbedaan khusus antara benih padi hibrida dan benih padi inbrida adalah benih padi hibrida merupakan hasil persilangan antara GMJ (A) dengan galur pemulih kesuburan (R) dan proses penyerbukannya membutuhkan bantuan manusia, sedangkan benih padi inbrida merupakan hasil penyerbukan sendiri karena polen yang dibutuhkan berasal dari tanaman yang sama dan proses penyerbukannya tanpa memerlukan bantuan manusia. Dengan demikian proses produksi benih padi hibrida perlu dipelajari dari tahap ke tahap agar diperoleh hasil benih padi hibrida yang berkualitas tinggi dan terjamin kemurniannya.
1.2  Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah mempelajari proses produksi benih padi hibrida varietas SL 8 SHS di PT. Sang Hyang Seri. 1.3 Kontribusi Diharapkan mampu menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam penerapan produksi benih padi hibrida varietas Sl 8 SHS.

  BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
 2.1 Botani Tanaman Padi
 Padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam divisio spermatophyta, dengan sub divisio angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae, ordo adalah poales, famili adalah graminae, genus adalah oryza linn, dan speciesnya adalah oryza sativa, L (Grist, 1960).
Padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua jenis akar tanaman padi yaitu akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah yang bersifat sementara dan akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut adventif/buku karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005).
 Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan diantara ruas satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi didalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu semakin pendek. Ruas yang terpendek terdapat dibagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan embrio yang disertai pada coleopotil pertama (Grist, 1960).
 Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005). Anakan terbentuk dari umur 10 hari dan maksimum pada 50-60 hari sesudah tanam. Sebagian dari anakan maksimum mati dan terbentuk anakan produktif sampai mencapai umur 120 hari. Anakan yang terbentuk pada stadia pertumbuhan biasanya tidak produktif. Hilang/matinya anakan disebabkan persaingan antara anakan, saling terlindung, atau kekurangan nitrogen. Varietas unggul mempunyai anakan yang lebih banyak pada waktu pembungaan dan anakan yang mati jumlahnya sedikit (Hasyim, 2000).
 Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling dan terdapat satu daun pada setiap buku. Daun terdiri atas helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah, pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya, telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun, dan daun bendera yaitu daun teratas dibawah malai (Suharno, 2005). Bunga padi adalah bunga telanjang, artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kantung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang terbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Departemen Pertanian, 1983). Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan ekor gabah (jika ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio (Suharno, 2005).
 2.2 Syarat Tumbuh
a) Iklim Tanaman padi tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai dengan 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun (http://www.ristek.go.id, 2008). Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).
b) Tanah Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18-22 cm dengan pH 4,0-7,0 (http://warintek.bantul.go.id, 2008). Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam system tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa factor, yaitu posisi tepografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).
2.3 Pengertian Benih
 Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih siap dipanen apabila telah masak. Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan. Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan untuk menilai tingkat kemasakan benih adalah warna, bau, kekerasan kulit, rontoknya buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya. Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah (benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-jenis tanaman yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang jelas.
2.4 Padi Hibrida
 Hibrida secara definitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Padi hibrida yang merupakan tanaman F1 hasil persilangan antara GMJ (A) denga galur pemulih kesuburan (R) hanya dapat ditanam satu kali, karena bila hasil panen hibrida ditanam lagi akan mengalami perubahan yang signifikan sebagai akibat adanya segregasi pada generasi F2 sehingga pertanaman tidak seragam dan tidak baik. Oleh karena itu benih F1 harus diproduksi dan petani juga harus selalu menggunakan benih F1. Produksi padi hibrida mencakup dua kegiatan utama yaitu produksi benih galur tetua dan produksi benih hibrida. Galur tetua meliputi GMJ, B, dan R. GMJ bersifat mandul jantan, produksi benihnya dilakukan melalui persilangan GMJ dan B. Galur B dan R bersifat normal (fertile), produksi benihnya dilakukan seperti pada varietas padi hibrida. Benih hibrida diproduksi melalui persilangan GMJ dan R.
Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya. Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Fenomena heterosis ini telah lama dimanfaatkan untuk pembentukan varietas jagung hibrida, dan sejak awal tahun 1970 mulai dicoba diterapkan pada tanaman padi, untuk menjawab tantangan bahwa tidak di temukan heterosis pada kelompok tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman jagung, bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah, sehingga untuk membuat tetua betina (female row atau seed row) cukup dengan membuang bunga jantan (detaselling) sebelum tepungsari masak dan tersebar. Pada tanaman padi, karena bunganya sempurna (organ jantan dan betina terletak pada satu bunga yang sama), maka organ jantan pada bunga tetua betina harus dibuat mandul dengan memasukkan gen cms (cytoplasmic-genetic male sterility) sehingga memudahkan untuk menghasilkan benih F1 hibrida dalam jumlah yang banyak tanpa harus melakukan pembuangan bunga jantan (emaskulasi). Penggunaan gen cms ini mengharuskan perakitan varietas padi hibrida menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan (GMJ) atau CMS (galur A), galur pelestari atau maintainer (galur B), dan tetua jantan yang sekaligus berfungsi sebagai pemulih kesuburan atau restorer (galur R). Ketiga galur (A, B, dan R) tersebut harus dibuat dan diseleksi secara ketat untuk membentuk hibrida. Metode tiga galur mempunyai kelemahan antara lain produksi benihnya rumit.
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Padi Hibrida Keunggulan padi hibrida: 
Ø  Hasil produksi padi hibrida lebih tinggi daripada hasil produksi padi
Ø  Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma
Ø  inbrida  Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktifitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih  Keunggulan pada
Ø  rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi  beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000  Harga

butir gabah isi yang lebih tinggi.
v  Kelemahan padi hibrida: Petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih
Ø  benih mahal 
Ø  hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya  Tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Untuk tetua jantannya hanya terbatas pada galur atau varietas  Produksi benih
Ø  yang mempunyai gen Rf atau yang termasuk restorer saja   Memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu.
2.6 rumit  Sarana Produksi Padi Hibrida Memproduksi benih padi hibrida memerlukan berbagai sarana untuk menunjang keberhasilan produksi. Tidak tersedianya sarana dapat menghambat proses produksi atau bahkan proses produksi tidak dapat dilakukan. Beberapa sarana yang dibutuhkan dalam memproduksi benih padi hibrida adalah sebagai berikut:
a) Benih Tetua
 Dalam memproduksi benih padi hibrida tentunya dibutuhkan tetua sebagai induk benih. Tetua yang digunakan untuk memproduksi benih padi hibrida adalah galur mandul jantan sitoplasmik (galur A), galur pelestari (galur B) dan galur pemulih kesuburan (galur R). Benih galur A diperoleh melalui persilangan antara galur A dengan galur B. Benih galur B dan galur R diproduksi sebagaimana layaknya padi inbrida (BPTP, 2004) seperti yang terlihat pada Gambar 1.
  Gambar 1. Teknik produksi dan perbanyakan benih galur A, B, R dan Hibrida
Menurut Hidajat (2006) istilah-istilah dalam padi hibrida meliputi : - Benih tetua jantan (restorer atau R Line) yaitu varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang dianggap sebagai jantan sebagai penyedia serbuk sari untuk tetua betina ( A Line). Jumlah benih galur jantan yang dibutuhkan untuk per hektar luas tanam sebanyak 6 kg. - Benih galur betina (A Line) atau galur mandul jantan cytoplasmic male steril (cms) yaitu varietas padi tanpa memiliki serbuk sari hidup dan berfungsi sebagai galur tetua betina harus mampu menerima serbuk sari dari jantan sehingga terjadi penyerbukan untuk menghasilkan benih padi hibrida F1, cms merupakan hasil persilangan antara A Line dan B Line (maintainer) atau galur pelestari. Digunakannya galur pelestari pada pembuatan cms yaitu agar A Line bisa menjadi betina subur. Pada produksi benih padi hibrida F1 dibutuhkan benih galur betina sebanyak 33 kg/ha. - Maintainer adalah galur pelestari atau galur B yang mirip dengan galur mandul jantan hanya saja memiliki serbuk sari yang hidup dan mempunyai biji yang normal. Galur pelestari digunakan sebagai pollinator (penyerbuk) untuk melestarikan galur cms.
b) Pupuk
 Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang digunakan pada produksi benih padi hibrida F1 adalah pospate, NPK dan urea. Pupuk pospate digunakan sebagai pupuk dasar yang diberikan pada saat pengolahan lahan persemaian. Adapun pupuk NPK dan urea diberikan pada pertanaman sebagai pupuk susulan. Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk pospate yaitu 18% P2O5, pada pupuk urea terkandung unsur hara N sebesar 46% dan pada pupuk NPK terkandung unsur hara N, P, K dengan perbandingan 16:16:16.
c) Pestisida Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah sebagai berikut:
1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.
2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004). d) Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) GA3 Gibberelin Acid merupakan sintesis dari giberelin hormon tumbuhan yang bisa merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Efek utama giberelin menyebabkan pemanjangan batang dan daun, sehingga tanaman padi yang kerdil pun akan tumbuh normal setelah dirangsang dengan pemberian GA3. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian GA3 adalah waktu dan dosis aplikasi karena dalam jumlah berlebihan tanaman bisa rebah dan mati sebelum berbunga. Pemberian GA3 pada tanaman galur tetua betina (A Line) berfungsi untuk meningkatkan eksersi malai, meningkatkan lamanya bunga terbuka, meningkatkan eksersi stigma dan memperpanjang reseptivitas stigma.
2.7 Pengertian Panen dan Pasca
Panen Panen adalah suatu proses akhir dan tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis maupun morfologi dari tanaman tersebut (Setyono, 2001). Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran. Pasca panen padi adalah tahapan kegiatan yang meliputi pemungutan (pemanenan) malai, perontokan gabah, penampian, pengeringan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan sampai siap dipasarkan atau di konsumsi, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu benih atau beras (Anonim, 1986). Penanganan pasca panen hasil pertanian bertujuan untuk mengurangi kehilangan hasil, menekan tingkat kerusakan hasil panen, meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa Negara dan perluasan kesempatan kerja, melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup (Anonim, 1986). Macam-macam penanganan pasca panen antara lain:
 a. Pendinginan pendahuluan: menurunkan suhu komoditas menjadi lebih rendah dari suhu di lapangan, sehingga suhu komoditas mendekati suhu ruang simpan
b. Pencucian: membersihkan komoditas dari kotoran yang melekat, menghilankan bibit-bibit penyakit yang masih melekat
c. Pengeringan: menghilangkan/mengurangi kadar air yang berlebihan pada komoditas
d. Pelapisan dengan lilin: khususnya untuk komoditas buah, tujuannya: mengurangi suasana aerobik dalam buah, memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap organisme pembusuk
 e. Sortasi mutu/grading menurut ukuran
f. Pengepakan/pengemasan. Penanganan pasca panen umumnya meliputi:
 a) Pengkelasan dan standarisasi
b) Pengemasan dan pelabelan
c) Penyimpanan
d) Pengangkutan. Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain: pemberian bahan kimia, pelilinan, dan pemeraman (Mutiarawati, 2007).

No comments: