|
Klasifikasi alami yakni
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya.
Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan
mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai
dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
Klasifikasi teknis yakni
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk
menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan,
tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah
dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
- Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk
tanah berupa iklim dan vegetasi,
- Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor
pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
- Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan
perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam
perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi
tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan
dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat
alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang
dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan
sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori
yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi
Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo
tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols,
Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan
basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning
dan planosols.
2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat
andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3. Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim
kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling
tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah bog dan tanah gambut.
7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon
teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan
yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown
forest, glei humik dan glei humik rendah.
8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa.
Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah
rendzina.
9. Oxisols. Tanah yang memiliki
horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
10. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11. Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<
35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang
lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah
yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols,
Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang
paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari
luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
No comments:
Post a Comment