LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara Praktikum : Dormansi
Tujuan :
1.
Membandingkan efektifitas GA3 dengan NAA
dalam mematahkan dormansi dan memacu perkecambahan biji cabai.
2.
Menentukan konsentrasi GA3 atau NAA yang
paling efektif dalam mematahkan dormansi dan memacu perkecambahan biji cabai.
Hasil dan
Pembahasan :
A.
Hasil
Tabel hasil
pengamatan perkecambahan biji cabai
Biji
lama
|
GA3
|
Kons
(ppt)
|
Jumlah
biji yang berkecambah pada hari ke-
%
|
%
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
|
GA3
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
|
-
|
2
|
0
|
0
|
2
|
55
|
20
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
30
|
||
40
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
4
|
4
|
45
|
||
60
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
8
|
7
|
0
|
1
|
0
|
100
|
||
NAA
|
0
|
0
|
2
|
0
|
2
|
6
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
65
|
|
20
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
20
|
||
40
|
0
|
0
|
1
|
2
|
3
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
45
|
||
60
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
Biji
lama
|
GA3
|
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20
|
0
|
0
|
1
|
4
|
0
|
0
|
11
|
0
|
1
|
1
|
90
|
||
40
|
0
|
0
|
4
|
6
|
3
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
75
|
||
60
|
-
|
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
NA
|
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
20
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
100
|
||
40
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
1
|
6
|
55
|
||
60
|
0
|
0
|
8
|
10
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
100
|
B. Pembahasan
Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam
kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki
keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan
baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan
selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya
mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Werein
& Phillips (1970), istilah yang mendekati pada arti dormansi adalah masa
istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji sebelum akhirnya tumbuh dan
melewati fase vegetatifnya..
Hasil praktikum manunjukkan bahwa zat
pengatur tumbuh GA3 lebih efektif daripada NAA terutama
pada konsentrasi 60 ppm, dari data terlihat pada konsentrasi 60 ppm bias
mencapai 84%. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali
menunjukan dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau
waktu penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah Gardner et al
(1991).
Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh
NAA maupun GA3 ternyata memberikan pengaruh terhadap pematahan dormansi biji.
Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang ditimbulkan akan lebih cepat dari pada
konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam ambang terbatas karena ZPT
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada perlakuan GA3 memiliki
pengaruh yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang
mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan
panjang batang dan akar pada tanaman (Abidin,1987).Hal ini sesuai dengan hasil
praktikum yang didapat.
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang
pertumbuhan batang dan dapat juga meningkatkan besar daun dan beberapa jenis
tumbuhan, besar bunga dan buah adalah giberelin. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah
(2º-4º) pada tanaman. Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel,
pembelahan dan pembesaran sel. (Zummermar,1961). Biji biasanya berkecambah
dengan segera bila diberi air dan udara yang cukup, mendapat suhu pada kisaran
yang memadai dan pada keadaan tertentu, mendapat periode terang dan gelap yang
sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah
meskipun telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu,
udara dan cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu
bahkan bulan, tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan
(Prawiranata et al, 1989).
Menurut Kusumo (1990), NAA (α
naphthalene acetic acid) merupakan ZPT
yang dikelompokkan ke dalam auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi
pertumbuhan akar, yaitu mengenai banyaknya akar maupun kualitas akar yang
dihasilkan.Namun dibutuhkan pada konsentrasi kecil pada peranannya untuk
mengatur tumbuh tanaman. Sifat-sifat
yang menyebabkan NAA berespon positif terhadap tanaman antara lain (1) sifat kimianya yang mantap dan
pengaruhnya yang lama, (2) hormon ini tetap berada di tempat ia diberikan dan
tidak menyebar kebagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian
lain. Kekurangan dari NAA adalah kisaran (range) kepekatan yang senpit,
kepekatan yang melebihi batas (diluar range) akan bersifat racun.
Faktor-faktor
yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :
1.
Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo),
2.
Embrio yang belum matang secara fisiologis
(physiological immature embryo),
3.
Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan
mekanis),
4.
Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan
5.
Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan
(Abidin, 1987).
Teknologi pertanian menangani biji
dengan tekstur keras itu sengaja dirusak atau dilembekkan dengan suatu proses
yang disebut skarifikasi. Skarifikasi secara kimiawi, biji direndam dalam asam
pekat, pelarut organik seperti aseton atau bahkan dalam air yang mendidih.
Skarifikasi mekanik, biji digoyang-goyang dalam bahan penggosok seperti pasir
atau ditoreh dengan pisau (Loveless, 1990).
Fase-fase yang terjadi dalam dormansi biji menurut Abidin (1987) adalah :
- Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
- Fase tertundanya metabolisme
- Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
- Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim.
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat
diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik,
kimia dan biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan
tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada
bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar
menjadi lebih panjang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Zat pengatur tumbuh GA3 lebih
efektif dalam mematahkan dormansi dan memacu pertumbuhan biji cabai
dibandingkan NAA.
2. Konsentasi GA3 60 ppm paling
efektif dalam mematahkan dormansi dan menacu perkecambahan biji.
Daftar Referensi
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar
Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta.
Loveless, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip
Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna, Jakarta.
Prawiranata,
W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, Bogor.
Saleh,M.S.,2004.
Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. Dalam
Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan
Budidaya Fakultas Pertanian UNTAD.
Wereing,
D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of
Growth and Differentation in Plants. Pergamon
Press, New York.
Zummermar,P.W.1961.
Plant Growth Regulation.The
Lowa State
University Press.USA
No comments:
Post a Comment